Definisi Perpustakaan
Pustaka
atau buku atau kitab merupakan kumpulan kertas atau bahan sejenis berisi hasil
tulisan atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah membacanya serta
berjumlah sedikitnya 48 halaman. Dari kata pustaka terbentuklah kata turunan
antara lain perpustakaan, pustakawan, kepustakawanan, kepustakaan, dan ilmu
perpustakaan.
Perpustakaan
adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun
menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai.
Pustakawan
adalah orang yang bekerja di perpustakaan dan memiliki pendidikan perpustakaan
(minimal D2 dalam bidang Ilmu Perpustakaan).
Kepustakawanan
adalah penerapan Ilmu Perpustakaan dalam hal pengadaan, pengolahan,
pendayagunaan dan penyebaran bahan pustaka di perpustakaan.
Fungsi
perpustakaan adalah: penyimpanan, pendidikan, penelitian, informasi, dan
kultural.
Sedangkan
kepustakaan adalah: bahan perpustakaan yang digunakan untuk menyusun karangan,
makalah, artikel, laporan dan sejenisnya.
Hubungan Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Arsip
Dalam
kegiatan belajar dua ini, kita melihat bahwa di samping kegiatan perpustakaan,
ada pula kegiatan bidang lain yang mirip bahkan tumpang tindih dengan kegiatan
perpustakaan. Kedua bidang itu adalah dokumentasi dan arsip.
Dokumentasi
merupakan kegiatan yang semula tumbuh akibat tumbuhnya majalah ilmiah,
sementara perpustakaan tidak dapat menangani informasi yang muncul dari majalah
ilmiah. Hal ini nampak jelas di Eropa Barat sehingga di samping kegiatan
perpustakaan, muncul pula kegiatan dokumentasi yang mengkhususkan diri pada
pengolahan isi majalah. Salah satu negara Eropa Barat yang mengalami munculnya
dokumentasi ialah Belanda. Karena Belanda pernah menjajah Indonesia, maka
Belanda pun memperkenalkan sistem dokumentasi yang ada di negeri Belanda pada
Indonesia. Karena di negeri Belanda kegiatan dokumentasi berbeda dengan
kegiatan perpustakaan, maka hal tersebut nampak pula pengaruhnya di Indonesia.
Hingga kini di Indonesia masih ada perbedaan antara dokumentasi dengan
perpustakaan.082390527927
Perbedaan
tersebut kurang nampak di AS karena penanganan isi majalah dilakukan oleh
pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus sehingga di Amerika Serikat
makna dokumentasi identik dengan kegiatan perpustakaan.
Dalam
perkembangan selanjutnya definisi dokumentasi, seperti yang dinyatakan oleh
Federasi Dokumentasi dan Informasi Nasional (FID), mencakup sedemikian rupa
sehingga isinya luas sekali. Karena itu untuk memudahkan pembahasan, diberikan
tabel perbedaan kegiatan dokumentasi dan perpustakaan.
perpustakaan dimulai dengan pengumpulan
berbagai berkas niaga, pahatan, tulisan tangan dan sejenisnya. Dengan
dikenalnya teknik pembuatan buku, maka perpustakaan mulai memusatkan diri pada
kegiatan pengadaan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, temu balik, dan
pendayagunaan buku. Sebagai sebuah pranata masyarakat, perpustakaan juga
menghasilkan berbagai berkas, manuskrip, namun seringkali kedua bahan tersebut
tidak dianggap sebagai cakupan perpustakaan. Maka di bagian tersebut muncullah
kearsipan. Dibandingkan dengan kegiatan dokumentasi, maka kegiatan perpustakaan
jelas berbeda dibandingkan dengan kegiatan arsip. Hal ini dibeberkan secara
jelas pada tabel dalam modul.
Sejarah
Perpustakaan di Dunia Barat
Kapan
perpustakan mulai berdiri tidak pernah diketahui dengan pasti. Namun
berdasarkan penelitian arkeologis, perpustakaan telah dikenal sejak peradaban
Sumeria sekitar 5.000 tahun Sebelum Masehi. Perkembangan perpustakaan tersebut
segera ditiru negara tetangganya seperti Babilonia. Pada waktu itu orang-orang
purba menggunakan bahan tulis berupa tanah liat. Mula-mula tanah liat
diempukkan, kemudian dibuat lempengan. Sewaktu masih lunak, tanah liat
ditulisi, kemudian dikeringkan.
Kerajaan
Pergamum berusaha mengembangkan perpustakaan sebagaimana halnya dengan
raja-raja Mesir. Karena waktu itu belum ditemukan mesin cetak, maka pembuatan
naskah dilakukan dengan cara menyalin. Usaha menyalin naskah dikembangkan oleh
kerajaan Pergamum dengan menggunakan bahan tulis berupa papirus. Untuk mencegah
agar perpustakaan Pergamum tidak menjadi saingan perpustakaan Iskandaria yang
berada di Mesir, maka Mesir menghentikan ekspor papirus ke Pergamum.
Guna
menggantikan papirus, Pergamum mengembangkan bahan tulis berupa kulit binatang
yang dikeringkan, kemudian ditulis. Kulit yang digunakan terbuat dari kulit
domba, sapi disebut parchmen. Parchmen yang baik disebut vellum merupakan bahan
tulis hingga abad menengah.
Kegiatan
menyalin naskah ini dilakukan pula di pertapaan, sampai pertapaan menyediakan
tempat khusus untuk menulis dan menyalin naskah disebut scriptorium. Pertapaan
bahkan mengembangkan naskah yang dihiasi dengan gambar miniatur, menggunakan
huruf indah disertai dengan warna merah, biru dan emas. Lukisan pada naskah
kuno dengan hiasan dan warna-warni itu disebut iluminasi.
Orang-orang
Eropa menemukan mesin cetak sekitar abad ke-15. Pada awal penemuan mesin cetak,
buku dicetak dengan teknik sederhana. Buku yang dicetak dengan teknik
pencetakan sederhana, dicetak antara tahun 1450-1500, disebut incunabula,
merupakan buku langka yang banyak dicari orang.
Kegiatan
Belajar 2
Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Perkembangan Perpustakaan pada zaman Hindia Belanda:
1. Perpustakaan Gereja: Perpustakaan Gereja adalah jenis
perpustakaan yang pertama kali berdiri pada zaman ini. Perpustakaan gereja yang
pertama didirikan sekitar tahun 1643.
2. Perpustakaan Penelitian: Perpustakaan penelitian tumbuh
seiring dengan dikeluarkannya kebijakan Tanam Paksa. Akibat dari Tanam Paksa
ini banyak berdiri lembaga penelitian yang membutuhkan informasi tentang
tanaman.
3. Perpustakaan Sekolah: Pada zaman penjajahan Belanda
banyak sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan perpustakaan. Pada masa ini
pemakai perpustakaan sekolah tidak hanya siswa dan guru tetapi juga masyarakat
umum.
4. Perpustakaan Umum: Perpustakaan umum pada masa ini hanya
memberi perhatian pada bahasa daerah dengan menyediakan koleksi dalam bahasa
daerah setempat. Sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan Perpustakaan
Umum, pihak swasta telah mendirikan ruang baca untuk umum. Masyarakat dapat
membaca koleksi yang ada, secara cuma-cuma. Selain ruang baca umum pada masa
ini juga berkembang Perpustakaan Sewa.
Perkembangan Perpustakaan pada Zaman Jepang
Pada
masa ini perpustakaan di Indonesia mengalami kehancuran, karena Jepang melarang
semua buku yang ditulis dalam bahasa Inggris, Perancis dan Belanda. Mereka juga
menangkapi semua orang Belanda termasuk Perpustakaan Belanda.
Perkembangan Perpustakaan setelah Kemerdekaan
Perpustakaan
Negara: Pada tahun 1948 pemerintah Republik Indonesia mendirikan Perpustakaan
Negara yang pertama.
Perpustakaan
Umum: Perpustakaan Umum pada masa ini dikenal dengan nama Taman Pustaka Rakyat.
Prinsip kepustakaan
Prinsip
Kepustakaan adalah:
1.
Perpustakaan diciptakan oleh masyarakat.Berdasarkan penelitian sejarah,
diketahui bahwa tujuan perpustakaan selalu berkaitan dengan tujuan
masyarakat.Perpustakaan selalu berusaha untuk menyimpan dan menyebarkan karya
dan pengetahuan masyarakat.
2.
Perpustakaan dilestarikan oleh masyarakat. Karena perpustakaan diciptakan oleh
masyarakat, maka masyarakat pulalah yang melestarikannya.
3.
Perpustakaan bertujuan menyimpan dan menyebarluaskan pengetahuan. Selama ini
perpustakaan selalu merupakan gudang ilmu pengetahuan tempat menyimpan hasil
karya dari para cerdik pandai. Selain itu perpustakaan juga menyebarluaskan
ilmu pengetahuan tersebut dengan cara meminjamkan buku-buku yang dimilikinya
pada masyarakat umum.
4.
Perpustakaan merupakan pusat kekuatan.
5.
Perpustakaan terbuka bagi siapa saja.Perpustakaan umum telah ada sejak abad 7
sebelum Masehi.
6.
Perpustakaan harus tumbuh berkembang.
7.
Perpustakaan selalu berkembang dari waktu ke waktu, tidak hanya dari segi
bangunan saja, tetapi juga jumlah koleksi dan jenis pelayanannya.
8.
Perpustakaan Nasional harus berisi semua literatur nasional, dengan tambahan
literatur nasional negara lain.
9.
Setiap buku selalu berguna.
10.
Setiap pustakawan haruslah manusia yang berpendidikan. Pustakawan sejak zaman
dahulu adalah orang-orang cerdik.
11.
Peranan seorang pustakawan hanya dapat menjadi penting bilamana peranan
tersebut sepenuhnya diintegrasikan ke dalam sistem sosial dan politik yang
berlaku.
12.
Seorang pustakawan memerlukan pendidikan, pelatihan dan magang.
13.
Tugas pustakawan untuk menambah koleksi perpustakaannya.
14.
Sebuah perpustakaan harus disusun menurut aturan tertentu, dan harus dibuatkan
daftar koleksinya.
15.
Perpustakaan merupakan gudang pengetahuan, maka koleksi perpustakaan harus
disusun menurut subjek.
16.
Kemampuan praktis akan menentukan bagaimana subjek-subjek dikelompokkan di
perpustakaan.
17.
Perpustakaan harus memiliki katalog subjek.
PUSTAKAWAN SEBAGAI TENAGA PROFESIONAL
Pustakawan
Sebagai Tenaga Profesional
Profesi
bermakna lain dengan pekerjaan. Profesi memerlukan syarat pendidikan dan
pelatihan berdasarkan batang tubuh ilmu pengetahuan yang diakui oleh bidang yang
bersangkutan.
Konsep
profesi secara ilmiah mulai dibahas pada abad 17 bersamaan dengan terjadinya
Revolusi Industri. Revolusi Industri yang terjadi di Inggris ternyata
melahirkan berbagai profesi baru, tidak dikenal sebelumnya. Sebelum itu hanya
ada empat profesi tradisional yaitu pendeta atau biarawan, dokter, pengacara
dan perwira angkatan darat. Kini profesi semakin bertambah.
Untuk
dapat memenuhi syarat sebuah profesi maka harus ada beberapa tolok ukur yang
harus dipenuhi yaitu:
1.
adanya asosiasi
2.
Pendidikan
3.
isi intelektual
4.
orientasi pada jasa
5.
kode etik
6.
tingkat kemandirian
7.
status
Pustakawan
memenuhi syarat sebagai tenaga profesional karena keenam unsur tersebut di atas
dapat dipenuhi. Pustakawan mengenal organisasi profesi, mengenal tingkat
pendidikan pada universitas mulai dari program sarjana, magister hingga doktor,
di dalam pendidikan diberikan bermacam-macam pelajaran baik teori maupun
praktik, sebahagian di antaranya berlandaskan teori yang semakin berkembang;
orientasi pustakawan adalah memberikan jasa tanpa mengharapkan imbalan uang;
ada tingkat kemandirian sebagai sebuah organisasi profesi dan statusnya sebagai
tenaga fungsional telah diakui pemerintah RI.
Dalam
pembagian pekerjaan, dikenal tugas profesional dan non-profesional. Tugas
profesional dilakukan oleh pustakawan sedangkan tugas non-profesional dilakukan
oleh mereka yang tidak memperoleh pendidikan khusus kepustakawanan.
Pemisahan
tugas antara profesional dengan non-profesional terlihat dalam berbagai
pekerjaan perpustakaan seperti pada administrasi umum, manajemen kepegawaian,
hubungan masyarakat, pemilihan bahan perpustakaan, pengadaan bahan
perpustakaan, penyiangan, pengkatalogan, klasifikasi, penerbitan, pelestarian,
tugas informasi, bimbingan pembaca serta tugas peminjaman. Pada kesemua tugas
tersebut terdapat perbedaan jelas antara tugas profesional dengan tugas
non-profesional.
Organisasi Profesi
Organisasi
pustakawan telah lama ada di Inggris maupun Amerika Serikat. Pada kedua negara
itu organisasi pustakawan telah berdiri sejak tahun 1876. Karena usia yang
cukup tua itu, maka kedua organisasi pustakawan berhasil memperjuangkan hak-hak
pustakawan; termasuk pengakuan pustakawan sebagai tenaga profesional serta ketentuan
tentang gaji. Kedua organisasi itu juga menerbitkan majalah yang dibagi-bagikan
secara cuma-cuma untuk anggotanya.
Di
samping organisasi pustakawan umum, ada pula organisasi pustakawan yang bekerja
di perpustakaan khusus dan biro organisasi. Di Inggris, organisasi itu dikenal
dengan nama ASLIB, singkatan dari Association of Special Libraries and
Information Bureaux, sedangkan di AS bernama Special Library Association.
Di
samping organisasi yang berskala nasional, ada pula organisasi berskala lokal,
terutama di AS. Di negara tersebut, setiap negara bagian memiliki organisasi
lokal. Hal demikian tidak terdapat di Inggris. Berbagai organisasi pustakawan
membentuk federasi organisasi.
JENIS-JENIS PERPUSTAKAAN
Mengapa
Terjadi Berbagai Jenis Perpustakaan
Adanya
berbagai jenis perpustakaan terjadi karena timbulnya berbagai jenis media
seperti media tercetak (buku, majalah, laporan, surat kabar) dan media
grafis/elektronik seperti film, foto, mikrofilm, video, pertumbuhan literatur
yang cepat dan banyak, pertumbuhan subjek dalam arti terjadi fusi berbagai
subjek artinya satu subjek pecah menjadi beberapa subjek dan sebaliknya
beberapa subjek melebur menjadi subjek baru. Alasan lain, karena kebutuhan
pemakai yang berlainan, misalnya keperluan informasi seorang anak SD akan
berbeda dengan seorang peneliti kawakan walaupun objeknya sama, misalnya
tentang keruntuhan Majapahit.
Karena
hal-hal tersebut di atas maka muncullah berbagai jenis perpustakaan seperti
perpustakaan internasional, perpustakaan nasional, perpustakaan sekolah,
perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus dan perpustakaan umum.
Masing-masing perpustakaan memiliki ciri tersendiri, khalayak ramai yang
dilayaninya jelas berbeda, terkecuali perpustakaan umum. Karena itu
perpustakaan umum memegang peranan penting dalam pemberian jasa bagi umum
sehingga Unesco (sebuah badan PBB) perlu mengeluarkan Manifesto Perpustakaan
Umum. Dalam manifesto tersebut dinyatakan bahwa perpustakaan umum terbuka bagi
siapa saja tanpa membeda-bedakan ras, kedudukan, warna kulit, agama,
kepercayaan, usia, jenis kelamin.
Badan Lain yang Bergerak dalam Bidang Informasi
Di
samping perpustakaan, masih ada pranata lain yang bergerak dalam bidang
pengadaan, pengolahan dan pemencaran informasi. Kegiatan lembaga tersebut tidak
selalu terpisah dari perpustakaan, malahan bekerja sama memenuhi kebutuhan
informasi pemakai.
Lembaga
lain di samping perpustakaan yang bergerak dalam bidang informasi adalah pusat
informasi, pusat analisis informasi; pusat dokumentasi, pusat referal, clearing
house. Di samping itu masih ada pula focal point, national focal point dan bank
data. Pada bank data, tekanan utama lebih banyak pada penyediaan data, bukannya
informasi maupun dokumen. Sebagai contoh sebuah buku membahas tentang produksi
padi Indonesia dari tahun 1969-1993. Keterangan tentang dokumen itu disebut
informasi dokumen sedangkan data diambil dari dokumen itu. Jadi bank data
menyajikan data tentang panen padi di Indonesia, namun tidak menyediakan
informasi tentang dokumen yang memuat data tersebut.
KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN
Kerjasama
Perpustakaan
Kerja
sama antarperpustakaan adalah kerja sama yang melibatkan dua perpustakaan atau
lebih. Kerja sama ini timbul karena pertumbuhan majalah yang luar biasa
banyaknya terutama selama satu abad terakhir ini. Pertumbuhan ilmu pergetahuan
yang menimbul-kan berbagai cabang ilmu dengan sendirinya muncullah berbagai
buku dan majalah dalam disiplin baru tersebut, meluasnya kesempatan pendidikan
sehingga semakin banyak orang yang memerlukan informasi, kemajuan dalam bidang
teknologi informasi; semakin tingginya kesadaran akan perlunya kerja sama serta
tuntutan pemakai yang menghendaki informasi yang cepat, tepat dan murah.
Bentuk
kerja sama itu berupa kerja sama pengadaan, spesialisasi subjek, penyimpanan,
pertukaran penerbitan, redistribusi terbitan, kerja sama pengolahan, penyediaan
fasilitas, penyusunan katalog induk serta tukar-menukar pengalaman antara
sesama pustakawan.
Kawasan
kerja sama dapat berupa kawasan lokal seperti terbatas pada sebuah propinsi.
Regional artinya terbatas pada sebagai sebuah negara misalnya kawasan Indonesia
Timur, Indonesia Barat. Nasional artinya mencakup seluruh negara dan regional,
misalnya terbatas pada kawasan Asia Tenggara saja atau Asia Timur bahkan juga
Asia Pasifik serta internasional.
Jaringan Informasi
Pengertian
jaringan mencakup beberapa arti, tergantung pada sudut pandang masing-masing.
Di kalangan pustakawan, pengertian jaringan dapat mengacu pada perangkat keras,
perangkat lunak, proyek, badan maupun sistem komunikasi.
Seringkali
istilah jaringan perpustakaan dibedakan dengan istilah kerja sama perpustakaan.
Istilah jaringan merupakan bentuk lain dari kerja sama perpustakaan dengan
tambahan penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputasi. Definisi lain
mengatakan, jaringan informasi mencakup berbagai badan tidak saja perpustakaan,
melainkan badan lain yang juga bergerak dalam bidang informasi seperti pusat
dokumentasi, pusat referal, pusat analisis informasi dan sejenisnya.
Di
Indonesia, jaringan dokumentasi dan informasi dimulai pada tahun 1971 dengan
pembentukan empat jaringan dokumentasi dan informasi, masing-masing dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, biologi dan pertanian, kedokteran dan
kesehatan serta ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Kini jumlah tersebut
berkembang. Bila dihitung jaringan dokumentasi dan informasi yang bergerak
dalam bidang data bibliografis, maka jumlah tersebut berkutat sekitar
duapuluhan. Ada jaringan dokumentasi dan informasi yang aktif, ada pula yang
tidak aktif, ada jaringan yang diam selama beberapa tahun kemudian tiba-tiba
muncul kembali. Dalam modul ini tidak dibahas jaringan informasi yang bergerak
dalam bidang data numerik serta jaringan informasi pada tingkat regional dan
internasional.
JASA RUJUKAN DAN BUKU REFERENS
Jasa
Referens
Jasa
referens dapat pula disebut jasa rujukan karena pada umumnya pustakawan harus
merujuk pada bahan pustaka tertentu dalam menjawab pertanyaan pemakai.
Jasa
referens dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1.
Jasa dasar: yang termasuk jasa ini adalah pemberian informasi umum, penyediaan
informasi khusus, bantuan dalam menggunakan katalog dan jasa bantuan penggunaan
buku rujukan.
2.
Jasa yang lazim dilaksanakan: yang termasuk jasa ini adalah pinjam
antarperpustakaan, tandon buku, orientasi perpustakaan serta instruksi
bibliografi, kunjungan perpustakaan, menyelenggarakan pameran, jasa bimbingan
pembaca, jasa pengindeksan dan abstrak, kompilasi bibliografi, dan lain-lain.
3.
Jasa yang jarang dilakukan: yang termasuk jasa ini adalah pameran majalah
mutakhir, reproduksi dokumen, jasa terjemahan dan jasa referal.
Sumber Informasi dan terbitan pemerintah
Buku
referens adalah buku yang menjadi acuan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
pemakai. Buku referens mempuyai beberapa ciri-ciri khusus, yaitu:
1.
ditujukan untuk keperluan konsultasi
2.
tidak dimaksudkan untuk dibaca
secara tuntas
3.
terdiri atas entri yang
terpotong-potong
4.
biasanya tidak dipinjamkan
5.
disusun untuk memudahkan penelusuran
secara cepat.
Buku
referens merupakan buku yang digunakan untuk memberikan informasi seketika,
lazimnya disimpan di bagian referens. Buku referens mencakup kamus,
ensiklopedia, direktori, buku tahunan, peta, atlas dan terbitan pemerintah.
Terbitan
pemerintah merupakan terbitan oleh pemerintah, dibiayai oleh anggaran negara
berisi tentang kegiatan pemerintah, tugas, fungsi badan pemerintah serta
pengumuman berbagai produk perundang-undangan.
PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA
Pengatalogan
Sesudah
buku diterima di perpustakaan, buku kemudian dicatat dalam buku induk atau
dalam bentuk lain. Setelah itu buku diolah, artinya dibuatkan katalog termasuk
pembuatan kartu utama dan kartu tambahan serta pemberian nomor klasifikasi.
Kegiatan
yang berkaitan dengan data yang terdapat pada buku disebut deskripsi
bibliografi, dikenal pula dengan istilah katalogisasi, pengkatalogan maupun
pengatalogan. Dalam deskripsi bibliografi, Anda harus menentukan pengarangnya,
judul, edisi, keterangan tentang penerbitan, dikenal pula dengan nama impresum,
pencatatan fisik seperti jumlah halaman, keterangan tentang ilustrasi, tinggi
buku, semuanya disebut kolasi; penentuan seri serta penentuan jejakan.
Untuk
membuat tajuk Anda menggunakan pedoman penentuan tajuk entri utama, baik
menggunakan pedoman terbitan Indonesia maupun AACR 2. Untuk deskripsi lain,
Anda menggunakan standar dengan nama International Standard for Bibliographic
Description (Monograph), disingkat ISBD (M). Dari sini Anda membuat entri
katalog lengkap, dikenal pula dengan nama kartu utama. Dari keterangan jejakan
yang ada pada kartu utama, Anda membuat kartu tambahan. Gunanya jejakan ialah
bila buku hilang atau rusak, maka katalog harus dicabut dari laci katalog.
Pencabutan ini menggunakan pedoman kartu utama, karena dari kartu utama Anda
dapat melacak kartu tambahan yang dibuat.
Klasifikasi
Klasifikasi
adalah pengelompokan berbagai benda menurut karakteristik tertentu. Klasifikasi
yang digunakan di perpustakaan bukanlah klasifikasi ilmu pengetahuan, melainkan
klasifikasi untuk pengetahuan yang direkam dalam bentuk buku. Sebelum muncul
klasifikasi modern, perpustakaan menggunakan sistem klasifikasi buatan sendiri
seperti pengelompokan buku menurut warna buku, warna punggung buku, menurut
tebal tipisnya buku, menurut tinggi buku. Susunan demikian memang enak
dipandang mata namun tidak mampu mengelompokkan buku menurut subjek yang sama.
Maka muncullah klasifikasi khusus untuk buku di perpustakaan seperti
Klasifikasi desimal Dewey, dikenal dengan singkatan DDC atau Dewey Decimal
Classification. Ada pula UDC singkatan dari Universal Decimal Classification,
Library of Confress Classification. Dari kesemua klasifikasi yang ada, maka
klasifikasi yang paling populer di Indonesia adalah klasifikasi Dewey.
DDC
terbagi atas sepuluh kelas utama, setiap kelas dibagi lagi menjadi sepuluh
divisi, setiap divisi dibagi lagi menjadi sepuluh subdivisi dan seterusnya.
Pembagian tersebut dilakukan secara desimal.
Angka
yang digunakan sebagai wakil sebuah subjek disebut notasi. Notasi terbagi dua,
yaitu notasi murni (hanya menggunakan angka atau huruf saja) dan notasi
campuran, merupakan gabungan antara angka dan huruf.
Dalam
kaitannya dengan klasifikasi, maka penyusunan buku di rak juga menurut nomor
klasifikasi. Pengecualian akan hal ini terdapat pada buku referens yang disusun
pada rak untuk buku rujukan disertai tanda huruf R; buku fiksi yang
dikelompokkan pada buku fiksi dengan tanda F; buku biografi yang dikumpulkan
menurut orang/tokoh yang dibuat biografi dengan tanda B; buku yang berukuran
lebih dari 30 cm, ditempatkan pada buku berukuran lebih dari 30 cm, dikenal
sebagai oversize books, lazimnya diberi tanda f dari kata Folio.
PERATURAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI
Deskripsi
bibliografi
Pembuatan
deskripsi bibliografi bertujuan dan menyediakan data tentang buku (lazim
disebut data bibliografi) bagi pemakai perpustakaan. Untuk memperoleh
keseragaman maka pustakawan harus menggunakan peraturan deskripsi yang seragam.
Peraturan ini merupakan hasil kerja sama berbagai instansi seperti Perpustakaan
Nasional, Ikatan Pustakawan, lembaga pendidikan pustakawan serta berbagai pihak
yang berkepentingan.
Deskripsi
bibliografi terbagi atas tujuh daerah, yaitu daerah (1) judul dan pengarang,
(2) edisi, (3) penerbitan, (4) keterangan fisik, (5) seri monografi, (6)
catatan, dan (7) ISBN dan harga.
TAJUK ENTRI UTAMA
Tajuk
Entri Utama
Sebuah
katalog terdiri dari dua bagian utama ialah bagian tajuk serta bagian deskripsi
bibliografi. Bagian deskripsi bibliografi dibuat berdasarkan peraturan ISBD (M)
sedangkan bagian tajuk dibuat berdasarkan peraturan penentuan tajuk.
Dalam
katalog dikenal adanya kartu utama artinya kartu yang merupakan dasar untuk
pembuatan kartu tambahan. Kartu utama ini terdiri dari tajuk entri dan bagian
deskripsi bibliografi. Karena merupakan entri dari kartu utama maka tajuknya
disebut tajuk entri utama. Dari kartu utama dapat dibuat kartu tambahan berupa
pengarang, kartu judul, kartu subjek, kartu seri. Penentuan entri tambahan ini,
khusus menyangkut pengarang diatur dalam peraturan penentuan entri. Penentuan
kartu tambahan untuk judul dan seri sudah merupakan keharusan sehingga tidak
dibahas dalam peraturan penentuan entri.
Bila
sudah dibuatkan kartu, maka kartu tersebut dijajarkan. Penjajaran ini dapat
berdasarkan kata demi kata atau huruf demi huruf.
Penjajaran
Penjajaran
selalu digunakan di perpustakaan karena perpustakaan selalu menggunakan
pendekatan pengarang dan judul serta subjek. Kartu untuk pengarang dan judul
dijajar di katalog. Untuk kartu subjek penyusunannya dapat terpisah dapat pula
menjadi satu dengan kartu pengarang dan judul.
Guna
memudahkan penjajaran maka diperlukan peraturan penjajaran. Di perpustakaan
terdapat berbagai macam peraturan penjajaran, lazimnya menganut penjajaran
menurut huruf demi huruf atau kata demi kata.
Penjajaran
berkaitan dengan pengindeksan. Dalam pengindeksan dikenal beberapa jenis indeks
seperti indeks berangkai, indeks kata kunci, indeks sitasi dan indeks bernama
PRECIS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar