Jumat, 15 November 2013

PERPUSTAKAAN DIGITAL

Perpustakaan digital diponegoro
Perpustakaan digital diponegoro
Pengertian Digital Library

Ada banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat para ahli atau beberapa lembaga. Berikut beberapa definisi yang dirumuskan oleh lembaga/orang lain.
The Digital Library Initiatives menggambarkan perpustakaan digital sebagai lingkungan yang bersama-sama memberi koleksi, pelayanan, dan manusia untuk menunjang kreasi, diseminasi, penggunaan, dan pelestarian data, informasi, dan pengetahuan.
Saffady mendefinisikan perpustakaan digital secara luas sebagai koleksi informasi yang dapat diproses melalui komputer atau repositori untuk informasi-informasi semacam itu.
Millard mendefinisikannya sebagai perpustakaan yang berbeda dari sistem penelusuran informasi karena memiliki lebih banyak jenis media, menyediakan pelayanan dan fungsi tambahan, termasuk tahap lain dalam siklus informasi, dari pembuatan hingga penggunaan. Perpustakaan digital bisa dianggap sebagai institusi informasi dalam bentuk baru atau sebagai perluasan dari pelayanan perpustakaan yang sudah ada.
Billington, pustakawan Library of Congress, dalam Rogers (1994), melukiskan perpustakaan digital sebagai sebuah koalisi dari institusi-institusi yang mengumpulkan koleksi-koleksinya yang khas secara elektronik.
Drobnik dan Monch (dalam Nugroho, 2000) mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sekumpulan dokumen elektronik yang diorganisasikan agar mudah ditemukan ulang dan dibaca.

Association of Research Libraries (ARL), 1995, mendefinisikan perpustakaan digital sebagai berikut:
  1. Perpustakaan digital bukanlah kesatuan tunggal.
  2. Perpustakaan digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya.
  3. Hubungan antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai bersifat transparan.
  4. Akses universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu tujuan.
  5. Koleksi-koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format tercetak.

Wahono mendefinisikan perpustakaan digital sebagai suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Menurutnya, istilah perpustakaan digital memiliki pengertian yang sama dengan perpustakaan elektronik (electronic library) dan perpustakaan maya (virtual library)
Dari definisi-definisi di atas dapat diambil sintesa bahwa perpustakaan digital adalah organisasi atau lingkungan yang mengelola koleksi informasi berupa tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan memberikan pelayanan kepada pengguna melalui jaringan internet.

Peran Perpustakaan Digital
Digital Library berperan sebagai penyedia informasi, penyedia layanan informasi, atau pengguna informasi dengan memanfaatkan jaringan dan teknologi digital. Namun bagaimana koleksi digital itu dimanfaatkan, sangat tergantung dari bagaimana informasi tersebut dibuat, diorganisasikan, dan disajikan.
Selain itu Digital Library bukan hanya berkenaan dengan manajemen pengetahuan (knowledge management) dan informasi, tetapi menjelaskan bahwa perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi mulai diharapkan untuk menjalankan peranan yang lebih sebagai pendamping dalam proses pendidikan seumur hidup. Tantangan bagi pustakawan adalah untuk memahami dan menentukan posisinya dalam proses perubahan dan beralih dari pemikiran perpustakaan sebagai ruang fisik semata ke suatu kenyataan baru perpustakaan sebagai organisasi yang harus mengembangkan jenis layanan informasi digital.
Motif-motif yang Mendasari Pengembangan Perpustakaan Digital
  1. Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.

  1. Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin dilakukan.

  1. Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.

  1. Untuk mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan lain-lain.

  1. Untuk mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal.


Perpustakaan semi modern

(Wahono, 2007, http://ilmukomputer.com) Dalam dunia perpustakaan semi modern, buku atau dokumen sudah tersimpan dan tertata rapi. Selain itu juga sudah mempunyai katalog/indek dimana pengunjung dapat mencari dokumen atau data yang dicari sehingga dengan mudah mengetahui letak barang dan statusya apakah masih ada yang tersisa atau sedang dipinjam.
Dalam perpustakaan semi modern, penggunaan ICT (Information Computer Technology) masih terbatas bahkan ada yang hanya sebagai pengganti mesin ketik. Masih banyak hal yang harus dilakukan pustakawan dan pengunjung secara manual sehingga memerlukan energi lebih.


Perpustakaan modern

Perkembangan mutakhir saat ini adalah munculnya perpustakaan digital (digital library). Lebih unggul karena memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Bukan berarti sudah tidak ada buku atau media kertas tetapi koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk data elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Dalam format data digital tidak hanya memuat dokumen atau buku tetapi juga termasuk multimedia seperti rekaman audio dan video.
Keunggulan yang lain adalah dari segi pengelolaan. Seperti yang telah kita ketahui dalam business process perpustakaan terdapat beberapa pekerjaan besar yakni: pengelolaan buku/dokumen, manajemen peminjaman, database anggota, pengadaan barang atau buku baru, dan juga laporan-laporan (report) berkala yang dibutuhkan pihak manajemen perpustakaan. Nah, saat ini muncul kebutuhan bahwa pekerjaan-pekerjaan seperti tersebut diatas sudah harus digantikan oleh teknologi informasi atau dikenal sebagai sistem otomasi perpustakaan (library automation system).


Pengelolaan Dokumen Elektronik

Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki perbedaan dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan dokumen elektronik melewati beberapa tahapan, yang dapat kita simpulkan dalam proses digitalisasi, penyimpanan dan pengaksesan/temu kembali dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library). Proses-proses tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut :

  1. Proses Digitalisasi Dokumen

Proses perubahan dari dokumen tercetak (printed document) menjadi dokumen elektronik sering disebut dengan proses digitalisasi dokumen. Seperti pada Gambar 1, dokumen mentah (jurnal, prosiding, buku, majalah, dsb) diproses dengan sebuah alat (scanner) untuk menghasilkan dokumen elektronik. Ini tidak diperlukan lagi apabila dokumen elektronik sudah menjadi standar dalam proses dokumentasi sebuah organisasi, maksudnya ketika dalam sebuah lembaga mengedarkan atau mengeluarkan dokumen tercetak mereka juga telah mengarsipkannya kedalam format digital seperti .pdf atau format data lainnya. Berita bagus bahwa saat ini telah banyak media umum atau buku yang telah menyertakan cd atau dvd yang berisi versi digital dan file-file referensi-referensinya.

  1.  Proses Penyimpanan

Pada tahap ini dilakukan proses penyimpanan, proses tersebut meliputi : pemasukan data (data entry), editing, pembuatan indeks dan klasifikasi berdasarkan subjek dari dokumen. Klasifikasi bisa menggunakan UDC (Universal Decimal Classification) atau DDC (Dewey Decimal Classfication) yang banyak digunakan di perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.
Ada dua metoda dalam proses penyimpanan, yaitu pendekatan berbasis file (file base approach) dan pendekatan basis data (database approach). Masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kita dapat memilihnya sesuai dengan kebutuhan seperti tabel dibawah ini.

File Base Approach
Database Approach
Data duplication  
Data dependence
Incompatible file format
Simple             
Data sharing and no duplication
Data independence
Compatible file format
Complex

            Pada tabel di atas, proses penyimpanan yang menggunakan metode file base approach menyebabkan terjadinya duplikasi data, keterikatan data, adanya format file yang tidak sesuai, dan simple. Sedangkan penyimpanan yang menggunakan database approach, memiliki data yang dapat dibagi dan tidak ada duplikasi data, data dapat diakses dan dimanipulasi dengan mudah, memiliki format yang sesuai serta bersifat kompleks.


  1. Proses Pengaksesan dan Pencarian Kembali Dokumen

‘Pencarian’, adalah inti seberapa maju layanan dari sebuah koleksi dalam perpustakaan. Semakin mudah dan cepat anggota atau pengunjung menemukan apa yang diinginkan maka mereka akan puas, bersemangat dan kembali lagi. Inti dari proses ini adalah bagaimana kita dapat melakukan pencarian kembali terhadap dokumen yang telah disimpan. Dalam skala besar metode pendekatan database akan lebih fleksibel dan efektif.
Dan menariknya, sifat pendekatan database yang memiliki kebebasan terhadap data (data independence), dengan data yang sama kita bisa membuat interface ke berbagai aplikasi lain baik yang berbasis standalone (clientbase) maupun web-base.

Pengembangan Sistem Sesuai Kebutuhan

Sebuah sistem apapun harus merujuk dari proses bisnis yang ada. Karena itulah yang sebenarnya sedang dibutuhkan, maka kalau ada sebuah sistem yang dibuat bukan berdasarkan kebutuhan maka presentase keberhasilannya semakin kecil. Normalnya, seorang petugas atau pemakai tidak ingin menjadi lebih ’sulit’ dan tidak ingin ’ditambahi’ tugasnya tetapi pengin lebih ’gampang’ dan cepat serta akurat dengan adanya sebuah sistem baru.
Idealnya, sistem otomasi perpustakaan yang baik adalah yang terintegrasi, mulai dari sistem pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem pencarian kembali bahan pustaka, sistem sirkulasi, membership, pengaturan denda keterlambatan pengembalian, dan sistem reporting aktifitas perpustakaan. Lebih sempurna lagi jika dilengkapi dengan barcoding, dan mekanisme pengaksesan data berbasis web dan internet. Setiap pengunjung disediakan layar berikut keyboard (lebih banyak komputer lebih bagus) untuk melakukan login kemudian mencari buku yang dimaksud, jika ditemukan versi elektroniknya maka bisa langsung dinikmati (dilihat atau didengarkan) tetapi jika ingin membaca langsung tinggal menuju lokasi yang telah ditunjukkan (jika status bukunya berada ditempat). Petugas-pun akan lebih mudah dalam menambah, memantau koleksi pustaka dan menyediakan laporan (report) aktifitas perpustakaan kepada manajemen.
Berikut adalah salah satu contoh sistem otomasi perpustakaan dengan fitur-fitur yang mengakomodasi kebutuhan perpustakaan secara lengkap, dari pengadaan, pengolahan, penelusuran, serta manajemen anggota dan sirkulasi. Diharapkan contoh sistem yang ditampilkan dapat dijadikan studi kasus dalam pengembangan sistem otomasi perpustakaan lebih lanjut.

  1. Otentikasi Sistem
Sistem akan melakukan pengecekan apakah username dan password yang dimasukkan adalah sesuai dengan yang ada di database. Kemudian juga mengatur tampilan berdasarkan previlege pemilik account, apakah dia sebagai pengguna atau admin dari sistem.

  1. Menu utama
Menampilkan berbagai menu pengadaan, pengolahan, penelusuran, anggota dan sirkulasi, katalog peraturan, administrasi dan security. Menu ini dapat di setting untuk menampilkan menu sesuai dengan hak akses user (previlege), misal kita bisa hanya mengaktifkan menu penelusuran untuk pengguna umum, dsb

  1. Administrasi, Security dan Pembatasan Akses
Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk menangani pembatasan dan wewenang user, mengelompokkan user, dan memberi user id serta password. Juga mengelola dan mengembangkan serta mengatur sendiri akses menu yang diinginkan.

  1. Pengadaaan Bahan Pustaka
Fitur ini mengakomodasi fungsi untuk pencatatan permintaan, pemesanan dan pembayaran bahan pustaka, serta penerimaan dan laporan (reporting) proses pengadaan.

  1. Pengolahan Bahan Pustaka
Fitur ini mengakomodasi proses pemasukkan data buku/majalah ke database, penelusuran status buku yang diproses, pemasukkan cover buku/nomer barcode, pencetakan kartu katalog, label barcode, dan nomor punggung buku (call number).

  1. Penelusuran Bahan Pustaka
Penelusuran atau pencarian kembali koleksi yang telah disimpan adalah suatu hal yang penting dalam dunia perpustakaan. Fitur ini harus mengakomidasi penelusuran melalui pengarang, judul, penerbit, subyek, tahun terbit, dsb.

  1. Manajemen Anggota dan Sirkulasi
Ini termasuk jantungnya sistem otomasi perpustakaan, karena sesungguhnya disiniah banyak kegiatan manual yang digantikan oleh komputer dengan jalan mengotomasinya. Didalamnya terdapat berbagai fitur diantaranya: pemasukkan dan pencarian data anggota perpustakaan, pencatatan peminjaman dan pengembalian buku (dengan teknologi barcoding), penghitungan denda keterlambatan pengembalian buku, dan pemesanan peminjaman buku

  1. Pelaporan
Sistem reporting yang memudahkan pengelola perpustakaan untuk bekerja lebih cepat, dimana laporan dan rekap dapat dibuat secara otomatis, sesuai dengan parameterparameter yang dapat kita atur. Sangat membantu dalam proses analisa aktifitas perpustakaan, misalnya kita tidak perlu lagi membuka ribuan transaksi secara manual untuk melihat transaksi peminjaman koleksi dalam satu kategori, atau mengecek aktifitas seorang pengguna perpustakaan dalam 1 tahun


Fitur-fitur di dalam Digital Library

Dibawah ini beberapa fitur-fitur yang ada dalam perpustakaan digital, yaitu:

1.            Otentikasi Sistem
Melakukan pengecekan apakah username dan password sesuai dengan database.
Termasuk mengatur tampilan berdasarkan previlege pemilik account.

2.            Menu Utama
         Menampilkan berbagai menu utama yang bisa diatur Administrator.

3.            Administrasi, Security dan Hak Akses
Mengangani pembatasan dan wewenang, mengelompokkan user, dan memberi user id serta password.

4.            Pengadaan Bahan Pustaka
Mengakomodasi fungsi pencatatan permintaan, pemesanan dan pembayaran bahan pustaka, penerimaan dan laporan (reporting) proses pengadaan.

5.            Pengolahan Bahan Pustaka
Mengakomodasi proses pemasukkan data buku/majalah ke database, penelusuran status buku yang diproses, pemasukkan cover buku/nomer barcode, pencetakan kartu katalog, label barcode, dan nomor punggung buku (call number).

6.            Penelusuran Bahan Pustaka
Penelusuran atau pencarian kembali koleksi. Fitur ini harus mengakomodasi penelusuran melalui pengarang, judul, penerbit, subyek, tahun terbit, dsb.

7.            Manajemen Anggota dan Sirkulasi
Ini termasuk jantungnya sistem otomasi perpustakaan, karena sesungguhnya disinilah banyak kegiatan manual yang digantikan oleh komputer. Didalamnya terdapat berbagai fitur diantaranya: input dan cari anggota, pencatatan peminjaman dan pengembalian buku, penghitungan denda, dan pemesanan peminjaman buku.
8.            Pelaporan (Reporting)
Pengelola dapat bekerja lebih cepat. Laporan dan rekap dapat dibuat secara otomatis sehingga sangat membantu dalam proses analisis keputusan. Tanpa harus membuka transaksi manual atau mengecek aktifitas anggota dalam 1 tahun.

Keberadaan perpustakaan yang ideal dan lengkap tidak bisa diwujudkan dalam sekejap. Perlu pentahapan dan perhatian yang khusus tidak hanya sekedar sambilan. Dalam lingkup lembaga atau perusahaan, biasanya perlu bagian khusus untuk menangani hal tersebut biasanya cukup dekat dengan tugas dan bagian litbang. Dalam lingkup keluarga kita sendiri, perlu juga sebuah perpustakaan lho. Mungkin manfaatnya tidak dirasakan sekarang tapi yakinlah bahwa akan sangat berguna sekali untuk esok.


Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

Dunia perpustakaan semakin hari semakin berkembang dan bergerak ke depan. Perkembangan dunia perpustakaan ini didukung oleh perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya yang telah merambah ke berbagai bidang. Hingga saat ini tercatat beberapa masalah di dunia perpustakaan yang dicoba didekati dengan menggunakan teknologi informasi.
Dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog (index).  mengalami metamorfosa menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan. Koleksi perpustakaan juga mulai dialihmediakan ke bentuk elektronik yang lebih tidak memakan tempat dan mudah ditemukan kembali. Ini adalah perkembangan mutakhir dari perpustakaan, yaitu dengan munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet).
Di sisi lain, dari segi manajemen (teknik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya koleksi perpustakaan, data peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk otomatisasi business process di perpustakaan. Sistem yang dikembangkan dengan pemikiran dasar bagaimana kita melakukan otomatisasi terhadap berbagai business process di perpustakaan, kemudian terkenal dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan (library automation system).


Masalah dan Isu-Isu mengenai Digital Library

Pengembangan perpustakaan digital bukan tidak mengalami hambatan. Ada beberapa hal yang menjadi bahan perhatian, yaitu:

  1. Kemampuan dan penentuan biaya. Seperti halnya dengan inovasi lain yang membutuhkan suatu investasi, begitu pun perpustakaan digital. Apalagi infrastruktur komputer masih membutuhkan biaya yang besar.

  1. Masalah hak cipta yang terbagi dua: hak cipta pada dokumen yang didigitalkan dan hak cipta pada dokumen di communication network. Di dalam hukum hak cipta masalah transfer dokumen lewat jaringan komputer belum didefinisikan dengan jelas.

  1. Masalah mendigitalkan dokumen. Yaitu bagaimana mendigitalkan dokumen dan jenis penyimpanan digital dokumen, baik berupa full text maupun page image.

  1. Masalah penarikan biaya. Hal ini menjadi masalah terutama untuk perpustakaan digital swasta yang menarik biaya atas setiap dokumen yang diakses. Penelitian di bidang ini banyak mengarah ke pembuatan sistem deteksi pengaksesan dokumen atau pun upaya mewujudkan electronic money.
Transformasi dari sistem perpustakaan tradisional ke perpustakaan digital

Diperlukan formulasi kebijakan, perencanaan strategis secara holistic termasuk aspek hukum (copyrights), standarisasi, pengembangan koleksi, infrastruktur jaringan, metoda akses, pendanaan, kolaborasi, kontrol bibliografi, pelestarian, dan sebagainya untuk memandu keberhasilan mengintegrasikan tradisional ke format digital.
Penguatan kapasitas kebijakan harus ditekankan pada pelatihan dan penyegaran kepada staf perpustakaan dan pemakai dengan adanya layanan perpustakaan digital seperti: penggunaan “search engine” dengan konsep “ a one stop window”, subject gateways, aplikasi perangkat lunak, sumber daya informasi secara online, digitalisasi, dsb.

Digital Library Standard

Digital Library standard adalah Z 39.50 oleh the American National Standards Institute, disamping itu juga the Dublin Core Metadata yang berisi 15 elemen yang telah disetujui dalam suatu pertemuan International di Dublin, Ohio, ke 15 elemen tersebut adalah : title, creator, subject, descriptions, publisher, constributor, date, type, format, identifier, source, language, relation, coverage and rights.
Jadi hal diatas tersebut adalah untuk mendukung The world summit on the information society --. We the representatives of the peoples of the world, assembled in Geneva from 10-12 December 2003 for the first phase of the World Summit on the Information Society, declare our common desire and commitment to build a people centred, inclusive and development-oriented Information Society, where everyone can create, access, utilize, and share information and knowledge…”.

Pengembangan DL juga perlu diperhatikan beberapa kendala adalah sebagai berikut:

-          Pencaharian melalui online, perlu mengetahui prinsip-prinsip ICT, strategi penelusuran online, kemampuan (jam terbang) menelusur online, kalau tidak akan mendapatkan informasi yang dihendaki.
-          Terlalu besarnya sumber informasi dan pengetahuan dalam bentuk digital, maka searching tidak dapat menghasilkan hits file yang sesuai dengan topik, atau informasi/pengetahuan yang mendalam.
-          Perbedaan system pada system pencarian secara online, seperti untuk e-journal berbeda dengan web search tools atau dengan digital library dimana berbeda search interfaces atau sering digunakan search syntax yang beda, membuat harus mengenal semua search tools yang ada dulu.
-          Mengenal dulu topik yang akan dicari dan struktur DL, mengenal pengorganisasian content dari berbagai system seperti: e-jurnal, online databases, DL, dsb.
-          Sulit memutuskan bagi pemakai dari sejumlah metadatabase berdasarkan subject/topik, sehingga yang mana akan dipilih dari berbagai e-jurnal dan berbagai database.
-          Sering dari online-database hanya abstraknya saja, dan ada prosedur /search lain untuk memperoleh full-textnya.
-          Pemakai juga sering dibikin pusing oleh search option seperti: kata kunci, subjek, judul, atau kata kunci subjek, dan sulit dibedakan bagi pemakai.
-          Online dengan bandwidth rendah, makan waktu, membuat frustasi, untuk download makan waktu yang panjang dan kadang-kadang putus ditengah jalan.
-          Kadang-kadang prosedur search terlalu rumit dan panjang sehingga makan waktu yang panjang hanya untuk mencari misalnya fulltext journal articles, kesulitan untuk memutuskan yang mana relevan dengan yang dicari.
-          Pengorganisasian informasi di DL, kalau terlalu spesifik punya dampak dalam pemilihan oleh pemakai, atau kadang-kadang tidak terlihat dilayar utama, tapi tersembunyi di layar berikutnya, sehingga pemakai harus menjelajah webpage untuk mendapatkan berbagai macam sumber informasi yang tersedia.
Intinya pemakai menginginkan “a One-stop window search” ??? ini yang menjadi persoalan pustakawan untuk mendisian DL yang terdiri dari berbagai system operasi, perangkat lunak, perangkat keras, search engine, interface dsb.

Kemungkinan Pemecahannya
-          Implikasi dari DL harus ada pelatihan mengenai struktur DB, meta database atau data mining yang kita pakai, strategi penelusuran dan teknik penelusuran secara online,dst.
-          Artinya pemakai harus mempersiapkan dan meluangkan waktu untuk mencari informasi/pengetahuan yang sesuai dengan system atau karakter dari search engine, databases, atau system operasinya, setelah itu baru ditekankan pada kurikulum pelatihannya, juga perlu dipikirkan adalah disain database dan struktur databasenya.
-          Pendekatan A One – Stop Window dimana pemakai dapat melihat dan menggunakan satu interface search untuk mencari informasi dari berbagai macam system, databases.
-          Konsekwensi pendekatan A One-Stop Window adalah harus lengkap panduan “online help” untuk membimbing/ atau petunjuk bagi pemakai secara lengkap;
-          Terkait dengan kesenjangan digital, maka data statistik pemakai perlu dilengkapi : berapa pemakai yang terkoneksi ke internet, berapa pemakai yang akan akses ke DL, siapa yang sering menggunakan DL?, berapa pemakai yang menggunakan koneksi ke internet dengan a high bandwidth connection system akses informasi harus didisain untuk dimungkinkan akses ke sumber-sumber informasi di DL, intranet dan internet dari suatu institusi;
-          Pada umumnya pemakai tidak mau banyak meluangkan waktu pada luaran search, jadi mekanisme automatic filtration harus berdasarkan karakter pemakai, tugas pemakai, atau pilihan pemakai.
-          Fasilitas untuk menggunakan “search term dictionary atau vocabulary control tools adalah sangat mutlak untuk good DL search interfaces.

Model Perencanaan Strategis Tradisional

External Analysis Internal Analysis
-          Lingkungan Kekuatan dan Kesempatan dan Pengadaan Informasi Kelemahan
-          Ancaman Organisasi
-          Tanggung jawab Dan komitmen Evaluasi informasi Visi dan nilai
-          Social manajerial
-          Evaluasi strategi
-          Seleksi strategi
-          Implementasi

Perencanaan Strategis dalam paradigma baru
-          Keputusan rencana dan goals
-          Scan lingkungan
-          Perencanaan strategis Analisa opsi strategi
-          Disain unit perencanaan
-          Agenda
-          Adop perencanaan strategis

Perubahan paradigma

KM dan DL secara umum mempunyai pemahaman dengan suatu pengertian pengontrolan/pengelolaan penggunaan hasil dari informasi/pengetahuan yang eksplisit dan tacit ke dalam suatu organisasi. Penggunaan dan penerapan informasi atau pengetahuan tacit dan eksplisit dalam suatu organisasi adalah untuk memecahkan atau solusi permasalahan organisasi itu sendiri, dari suatu hasil dan proses komunikasi antar anggota organisasi dalam suatu jaringan komunikasi (network) melalui pendekatan KS dalam suatu komunikasi pengetahuan yang intens untuk memecahkan masalah.

Tahapannya adalah:
-          Perubahan paradigma dari seluruh anggota organisasi perlu dilakukan menuju pada DL dan KS berdasarkan perspektif organisasi itu sendiri;
-          Perubahan paradigma dengan tujuan DLdan KS yang komunikatif disesuaikan dengan perspektif budaya kita;
-          Paradigma komunikatif dalam DL juga harus relevan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran dalam suatu organisasi dengan bentuk kolaborasi, kooperatif dalam proses pertukaran informasi dan pengetahuan;
-          Disain KS dan DL juga secara dramatis berubah dari cara bagaimana luaran/produk dan pertukaran informasi/pengetahuan dalam kerangka suatu organisasi di lingkungan ilmiah;
-          DL dalam paradigma komunikatif yang mana minimal sesuai dengan topik yang dibahas, paradigma kemandirian organisasi DL yang akan mempunyai konsekuensi besar untuk pekerjaan perpustakaan dan struktur organisasinya, juga pola penyebaran informasi kepada institusi lain.
-          Dengan demikian maka institusi DL tersebut memerlukan suatu proses dan manajemen yang terpadu melalui DB transfer, generasi informasi, information mapping, codification, coordination,information architects, dsb.

Dalam suatu proses komunikasi dalam DL memang ICT adalah factor pengerak utama dalam kehidupan masyarakat modern, dimana komunikasi dalam masyarakat akan terjadi bersifat fundamental dan alami, yang juga ada perbedaan karakteristik budaya, sosial, ekonomi dan agama yang sangat mempengaruhi terjadinya komunikasi yang interaktif dalam DL.
Pandangan klasik bahwa informasi atau pengetahuan yang dihasilkan oleh seseorang , dipublikasikan dan disimpan dalam suatu wadah informasi seperti cetakan, buku, jurnal, laporan, namun sekarang wadah itu berubah dalam bentuk elektronik seperti: bank data, knowledge-based-systems, non-linier hypertext, data mining dan web-sites; yang tujuannya adalah untuk penyebaran informasi atau pengetahuan kepada pemakai, ini adalah dilihat dari sudut pandang statis atau disebut “information warehouse approach”.
Pandangan DL komunikatif yang dinamis adalah tidak bertumpu sebagai hal yang tetap, tapi penekanannya pada suatu petumbuhan DL yang dibutuhkan atau pembaharuan informasi dan pengetahuan secara daur ulang sesuai dengan dinamika pemakai, dalam suatu proses yang berkesinambungan baik dalam pertukaran DB dan komunikasi data atau informasi dalam suatu jaringan DL sehingga menghasilkan INOVASI, dari hasil proses interaksi dan komunikasi jaringan DL disebut dengan  the network or communication approach telemediatization yang berisi potensi telekomunikasi (komunikasi elektronik melalui network), informatika (electronic information processing) dan multimedia.

Jadi, DL dilihat dari berbagai perspektif dan multi dimensi menuju a knowledge society adalah merupakan fondasi dasar dari perkembangan suatu bangsa dan negara, dimana DL adalah salah satu instrumen untuk pertukaran informasi dan pengetahuan di suatu negara. A knowledge society sangat bebeda dengan masyarakat industri (A knowledge economy) yang bertujuan untuk merubah masyarakat dari pemenuhan the basic need of all round development to empowerment, sedangkan a knowledge society.
Ada dua komponen driven by societal transformation and wealth generation seperti: pendidikan, kesehatan, pertanian dan pemerintahan yang akan melahirkan suatu generasi yang produktivitasnya tinggi.
DL systems adalah suatu proses yang secara sistematis mulai dari finding, selecting, organizing, distilling, and presenting information untuk meningkatkan pengetahuan dan memahami secara komprehensif pada spesifik area. Aktivitas a specific information/knowledge management terdiri dari bagaimana mengorganisasikan acquiring, storing, utilizing information/knowledge for problem solving, dynamic learning, strategic planning and decition making.
Knowledge creation ada dua yaitu: explicit dan tacit knowledge, dimana explicit seperti: buku, proseding, paper, bahan presentasi, notulen, catatan harian,dsb, sedangkan tacit terdapat dimasing-masing individu/orang, sehingga perlu suatu cara secara sistematis untuk mengamati dan menangkap data/informasi/pengetahuan dari setiap individu dalam suatu organisasi yang ada untuk memecahkan suatu masalahdi dalam suatu organisasi, sedangkan DL adalah komponen penting untuk menangkap explicit.

Pendekatan Digital Library

Fokus pada tiga area yaitu: pengembangan sumber daya informasi, adanya portal yang mengintegrasikan berbagai database untuk keperluan akademis atau penelitian yang mudah diakses dan sekaligus sebagai kemudahan layanan DL ke pemakai, dan pelatihan kepada pemakai untuk optimalisasi penggunaan database secara efisien;
-          Pengembangan koleksi secara kolaborasi;
-          Konvergensi sumber informasi dan system pelayanan digital;
-          System union katalog untuk E-jurnal;
-          System meta search engine;
-          Document delivery system (DDS) dan Reference Desk service (RDS);
-          Subject information portal;
-          Open URL link service;
-          Training.

Arsitektur desain Digital Library

Secara teknikal dapat dibagi menjadi tiga lapisan dari atas sampai kebawah yaitu: lapisan portal, lapisan aplikasi, dan lapisan sumber daya informasi, dimana biasanya berisi berbagai macam databases seperti: artificial intelligent database, full-text database , citation database, dsb . Lapisan aplikasi punya Open URL linking server, cross-databases Meta-search engine, OAI service providers that can integrated those resource into a universal knowledge platform.
Sedangkan lapisan portal adalah untuk memudahkan pemakai mengoptimalkan sumber informasi dalam DL dan sekaligus pelayanan permintaan dan pengiriman informasi/pengetahuan lewat RSS atau Email.

Perkembangan DL di Indonesia masih dalam upaya “pencarian peta baru”, “cara baru”, untuk membentuk jaringan DL (DL networks) yang lebih tepat untuk konteks yang baru. Dalam hal penggunaan DL , harus diberikan prioritas kepada cara-cara organisasi perpustakaan memberdayakan DL yang langsung memiliki kontak dengan masyarakat. Pendekatan ini memerlukan petugas perpustakaan yang memahami kerangka DL dan karakter DL dan tujuan DL, sementara system DL perlu dilengkapi dengan saluran umpan-balik dan fasilitas pembelajaran yang memadai.
Rossel mengusulkan agar perhatian diberikan kepada dua hal, yaitu:

-          Masyarakat berbasis informasi merupakan masyarakat yang terfokus pada pemanfaatan model manusia (human capital) dalam bentuk pengetahuan, sehingga manajemen perlu segera mengijinkan petugas /pegawai mengambil keputusan dan memiliki akses ke sumberdaya organisasi secara bebas untuk melakukan inovasi.
-          Merubah struktur hirarkis, berpindah ke organisasi yang didasarkan pada kelompok-kelompok berdasarkan focus permasalahan (problem –focused teams), sehingga ketika ada masalah pegawai dari berbagai unit bias dikumpulkan untuk mencari solusi masalah tersebut, setelah teratasi tim dibubarkan.

Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian tentang Digital Library ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1.                   Dengan adanya digital library, data tentang informasi yang disimpan tidak lagi secara manual, tapi sudah dapat langsung disimpan secara elektronik dalam sebuah database, sehingga lebih memudahkan user di dalam mengolah, menyimpan ataupun mencari data yang diinginkan.
2.                   Dengan adanya digital library, informasi tidak terbatas pada suatu tempat layaknya perpustakaan fisik, tetapi orang-orang atau masyarakat dari seluruh dunia dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan dimanapun mereka berada.
3.                   Dengan adanya teknologi digital library yang sudah maju dan hadirnya software yang mudah digunakan, dapat lebih menunjang kemampuan dan komunikas individual hingga melintasi batas birokrasi dan budaya.
4.                   Dengan adanya digital library, walaupun pembangunannya banyak memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit, tetapi keberadaan digital library sangat diperlukan terutama dalam menjawab tantangan teknologi informasi saat ini yang sedang berkembang pesat.


Saran

            Saran yang diusulkan agar dapat lebih membangun Digital Library adalah:

1.                  Memiliki sarana dan prasarana berupa hardware dan software yang memiliki teknologi yang selalu maju mengikuti perubahan teknologi yang terjadi.
2.                  Diolah oleh sumber daya manusia yang handal, yang memiliki potensi dalam mengembangkan Digital Library.
3.                  Memperkenalkan Teknologi Informasi secara mendalam kepada masyarakat, agar penggunaan Digital Library dapat benar-benar efektif, serta berguna dalam menambah informasi dan pengetahun kepada masyarakat.









DAFTAR PUSTAKA


Leffingwell, Dean and Don Widrig (2000), Managing Software Requirements – A Unified Approach, Addison Wesley.

Sulistiyo-Basuki (2004), Pengantar Dokumentasi, Rekayasa Sains.

Wahono, Romi Satria, IKC, Teknologi Informasi untuk Perpustakaan:
Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan

Wahono, Romi Satria (1998), Digital Library: Chalenges and Roles Toward 21 st Century, Proceedings of Tekno’98 Sysmposium, Nagaoka, Japan.

Wahono, Romi Satria (2003), Analyzing Requirements Engineering Problems, IECI Japan Workshop, Japan.


http://pustaka.bkkbn.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=69&Itemid=9

www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/materi-depag07/pelatihan-unpad/Digital%20library.doc

http://ilmukomputer.org/2008/11/25/melihat-proyek-digital-library/















Tidak ada komentar:

Posting Komentar